snow

Senin, 14 April 2014

THE END


Pernah bahagia sama-sama, sakit karenanya, termaafkan, sakit dan kecewa.

Tak ada yang harus disesali


Cukup biarkan yang sudah terjadi menjadi bagian yang harus tertinggal
Dan bagian dimana kita pernah sama-sama dan aku selalu menganggap temanku adalah temanmu juga.


Bukan hal mudah ketika kita harus melepaskan orang yang pernah dari hati kita sayangi. Namun tak ada baiknya juga jika dipaksakan bertahan hanya satu orang yang memperjuangkannya.
Seindah apapun kenangan ketika suatu hubungan mengalami permasalahan dan tak dapat dikembalikan seperti semula maka hal terbaik adalah mengikhlaskan.

Jumat, 11 April 2014

Sadar setelah lama

Lamanya suatu hubungan tidak menjamin akan adanya perasaan saling menjaga antara masing2, niat serius bisa saja hanya kiasaan semata, apa yang selama ini menjadi mimpi, tujuan dan harapan terabaikan begitu saja. Entah apa yg telah terjadi sehingga menjadi hilang dan mati tanpa disadari. Bosan, jenuh, lelah dan tak mau memperjuangkan menjadi bumerang dalam berakhirnya suatu tujuan. Hidup memang tak bisa diduga akan ada apa di masa mendatang, jangankan hari esok, detik yang akan datang pun kita tak pernah tau apa yang akan terjadi pada diri kita. Namun semua bisa direncanakan dengan indah, walau hasilnya tak sesuai rencana.

Setiap manusia memiliki perasaan, sensitif ketika kita bicara soal hati dan perasaan. Kali ini kecewa yang akan menjadi pokok. Kecewa akan perlakuan dia yang selama ini aku percaya mampu menjaga hatiku. Kini dia telah berhasil membuat semuanya porak poranda bak kapal titanic menghantam gunug es. Sudah biasa ketika dia hilang dan hilang lagi dengan berujung permintaan maaf. Namun ketika hal yang sama terjadi lagi. kecewa, kecewa dan kecewa. bukan hal baru memang, tapi tak pernah diduga akan berujung seperti ini

Sedari dulu harusnya aku percaya akan omongan ibu, walau tanpa rincian yang sedemikian hingga tapi intinya mereka benar adanya. Sangat benar malah. Mengikuti aturan main memang lebih baik, dari pada harus berpura2 mengikuti tapi main belakang. Berujung sakit sendiri, kini salah siapa ketika aku mengadu pada orang tua. Tapi semua memang adil adanya, lebih baik sakit sekarang sebelum terlambat dari pada sakit di masa mendatang.
dan bener kata Bang Dika "cowo itu kalo ga bajingan ya homo"

Hilang, mati



Sepoi angin mengibaskan helai paris berwarna merah marun yang menempel di kepala Zahwa, terpejam matanya menikmati setiap hembus angin laut, menyusup ke pernafasannya. Terlintas dalam benaknya kala itu ada seseorang yang berada di sampingnya untuk menikmati sunset senja. Seseorang yg tak pernah bisa ia hilangkan dari hatinya, Bara.
Cerita pertemuannya dengan Bara berawal dari rutinitas mengantar adiknya ke sekolah. Libur semester yang sebulan lamanya menjadikan Zahwa tak ada kegiatan selain membantu ibu di rumah. Setiap pagi ia mengantar dan siangnya menjemput adiknya ke sekolah. Pagi itu Zahwa ogah-ogahan mengantar adiknya, ia masih berbaring di depan tv menikmati acara yang mungkin tak penting seperti infotaiment misalnya.
“Kak, buruan!! Setengah tujuh lebih nih”, teriak Zaira adik Zahwa.
“Iya ayook” sahut Zahwa sambil berlalu keluar rumah.
Dengan setengah hati ia melaju mengendarai sepeda motornya, menyusuri beberapa belokan dan sampailah ia di sekolah adiknya.

Banyak orang yang mengantar anak sekolah, beberapa orang ibu tengah melepas keberangkatan anaknya menuntut ilmu sambil berdadah-dadahria berasa sebulan lamanya anaknya baru kembali. Selain ibu, terlihat beberapa orang bapak yg menunjukkan kecintaannya terhadap keluarga sehingga pagi itu mereka sempatkan untuk mengantar anaknya ke sekolah. Sungguh pemandangan yg syahdu di pagi yang cerah. Soundtrack yg tepat ialah Sepanjang Jalan Kenangan.
Karena maju ia tak bisa maka mundurlah Zahwa tanpa menengok ke belakang terlebih dahulu dan “prakkk” terdengar suara bagian belakang motornya mengenai motor dibelakangnya. Zahwa menoleh dan sang pemilik motor malah tersenyum sambil berkata “ati-ati neng, liat-liat dong”, Zahwa nyengir tanpa dosa “sorry mas, maju gak bisa tuh” sambil menunjuk ke arah depannya yg beneran sempit ada motor bapak-bapak bertengger di sana. Mas-mas bermotor matic itu Cuma tersenyum. “Bisa mundur dikit mas, mau balik nih”, “balik kemana? Masih pagi juga” jawab masnya sambil menebar senyum. Zahwa mengernyitkan keningnya, tak habis pikir dengan apa yang dikatakan mas-mas itu, tak sampai di otaknya, masa iya mau nungguin anak sekolah sampai pulang, toh pagi itu dia belum mandi. Selepas itu ia pulang dan masih tak menyangka akan kejadian tadi.
Esok harinya bahkan bertemu lagi, lagi dan lagi hingga suatu malam ia mendapat pesan singkat “Zahwa” cuma satu kata itu yang tertulis dan ia membalas “maaf siapa ya?”, “yg ketemu tiap pagi” katanya. Masih tak habis pikir apa maksud dari mas-mas itu sms dia. “siapa ya?” balas Zahwa, “Bara” balasnya. Dan Zahwa tak ingin meneruskan percakapan dalam sms itu.
Karena setiap pagi ketemu selama sebulan dan hampir tiap hari ngobrol lewat sms maka lama kelamaan mereka mengenal satu sama lain. Hingga suatu saat Zahwa diajak keluar oleh sahabatnya Omi, tanpa berfikir panjang Zahwa mengiyakan ajakan Omi, melalui handphone mereka berbicara “Za, tar gw jemput jam 3 ya?” , “baik bgt lo mo jemput gw” sahut Zahwa heran, “ya maksudnya bukan gw tp ntar ada lha yg jemput lo, hihihi” kata Omi sambil ketawa ngledek. “Eh, yang bener aja lo Mi? Gw ama siapa ntar?” penasaran Zahwa semakin meningkat, “tau beres aja deh lo, bye....tut...tut...tut....” mendadak sang penelpon raib gitu aja tanpa babibu. “sialan tu Omi, ngerjain gw kali ya” gerutu Zahwa. Walau masih mikir-mikir tar pergi dijemput siapa ia mulai menyiapkan apa yang akan dipakainya ntar. Sambil nyetrika ia pilih-pilih baju yang match ama semuanya. Dan tiba-tiba henfon berdering lalu diraihnya “Hallo” Zahwa hanya menghallokan, “iya hallo, tar aku jemput di mana?” tanpa ABCDEFG Bara nyeplos ke intinya. Jebrettt berasa kesamber geledek, tau-tau ni orang main hantam aja. “E-iya-e” mendadak gagu or gagap gak ada bedanya. “Hallo, sorry neng gak jelas, gimana?” Bara budek atau memang pura-pura gak denger atas kegaguan Zahwa. “Iya, kampus tau kampus? Depan gerbang aja gak usah masuk, jam 3 kan?” jawab Zahwa lancar yang udah mengumpulkan segenap jiwa raga. “Oke-oke, sampe ketemu nanti yaa, bye” Bara menutup telfonnya. Zahwa pengen loncat-loncat saat itu, bisa-bisa henfon yang tadi udah ketelen kali yaa? mungkin soundtrack yg pas saat itu adalah lagunya blink yang judulnya dag-dig-dug.
Waktu menunjukkan pukul 02.50 pm Zahwa masih di depan kaca, semua udah siap tapi dia belum PeDe buat keluar ia masih nanya ke temen asramanya yg kebetulan ada 4 orang di sana “eh, pantes gak sih pake ini” sambil memegang bajunya “ya ampun Za, udah cantik bgt kali lo” sahut Endia sambil melepas roll rambut yang menempel di poninya. “mau kemana sih? rapi bgt” celetuk Exa, “mau kondangan Xa, ya kencan lah” jawab Endia sambil tertawa lebar. “Serius ini” Zahwa menatap Endia srius tapi bingung. “Gak percaya lo udah cantik? Tanya sama itu anak dua noh, ya kan Vira, Tera?” teriak Endia, namun dua manusia itu telah masuk dalam dunia mimpi, mereka memang seperti anak kembar tapi beda, yang satu rada maaf (langsing tanda kutip) dan satunya ya ideal lah, tapi mereka selau kompak dalam segala hal terutama soal molor, yah pintar memanfaatkan waktu untuk memejamkan mata, seperti saat ini. “Kamprettt tu orang pada molor aja” gerutu Endia sewot sendiri, “udah cantik kok, yuk poto dulu yukk” Endia melanjutkan. 5 menit sesi narsis selesai dan tepat pukul 03.00 pm Zahwa menerima sms dari Bara “aku udah di depan gerbang samping”, “iya tunggu bentar” balas Zahwa. “Aduh, uda dijemput nih, udahan ya potonya Endia syg” kata Zahwa sambil meringis setengah grogi, “iya udah lha sana berangkat, oleh-olehnya jangan lupa yaa! Eh, mukanya biasa aja jangan gitu” Endia gemes ngliat Zahwa keliatan grogi. “Aduh, dek-dekan tau, yaudah ya aku berangkat. Assalamu’alaikum” Zahwa pamit sambil jalan keluar. “Wa’alaikumsalam, ati-ati” sambil Endia melambaikan tangan.
Sampai di dekat gerbang jantung Zahwa semakin tak beraturan, rasanya ingin mbalik aja ke asrama. Bara telah menyambutnya dengan senyum lebar ala Bara seperti saat ia bertemu pertama kali. Zahwa menjadi agak rileks, ia merasa lebih baik dari detik sebelumnya. Dan soundtrack yang tepat saat itu adalah lagu dangdut yang judulnya pertemuan. Singkat kata mereka sampai di sebuah tempat makan dan di sana udah ada Omi sama pacarnya Rezky. “Za, baik-baik kan lo?” sambut Omi sambil ngedipin mata ke Bara, tanpa ekspresi Bara ngloyor aja duduk deket Rezky. Dengan muka bingung Zahwa jawab “emang kenapah?”, “ya kali aja lo diculik ama si Bara, hahahaa” Omi ngeledek. “apah? Culik?” saut Rezky dengan tampang heran, mereka bertiga menatap Bara. Tak mungkin Bara mikir ampe nyulik orang segala, buat apa coba?. Lalu mereka bertiga ngakak berbarengan tanpa Bara tau maksudnya dan Bara hanya nyengir kuda. Bara memang aneh bin nyleneh, tapi di situlah letak ketertarikany Zahwa terhadapnya, Zahwa selelu penasaran akan keanehan-keanehan Bara, rasa penasarannya berubah menjadi rasa yang lain.
Pertemuan pertamanya diakhiri dengan makan eskrim berempat, dari situ Zahwa tau hal yang paling tidak disukai Bara adalah eskrim dan coklat, namun karena Bara menghargai Zahwa ia pun ikut menikmati sendok demis sendok eskrimnya. Setelah mereka muter-muter gak jelas akhirnya Zahwa diantar pulang sampai depan asrama, mereka sempat duduk-duduk agak lama di depan asrama Zahwa sebelum akhirnya pamitan. Keakraban Zahwa mulai terasa dan otak jailnya gak bisa diam, Bara yang nangkring diatas motornya dengan kedua kakinya diangkat ke bordes tak sadar akan keberadaan sendalnya yang sebelah kiri telah berpindah tempat. Bara tak menampakkan tampang panik sama sekali ketika menyadari sendalnya raib sebelah, “ah apa artinya sendal sebelah, ni yang sebelah sekalian ambil, aku pulang nyeker juga ga papa, masih banyak yang jualan” tanpa ambil pusing Bara berkata demikian sambil memarkirkan motornya. Zahwa tertawa bahagia ketika kejailannya tersadari oleh korbannya. “Kasihin Za, tar nangis Baranya loh” Rezky menasihati Zahwa. Tak semudah itu membujuk Zahwa, musti dilobi pake eskrim biar dikasihin sendalnya yang sebelah. Setelah negosiasi akhhirnya sendalpun dapat kembali ke pemiliknya dengan jaminan eskrim di pertemuan yang akan datang. Otak kriminal Zahwa memang selalu menghasilkan sesuatu, ini buktinya. Zahwa say good bye pada Bara, Omi dan Rezky. Ia masuk ke asrama, mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh Vira “Eh, ibu pulang, dapet apa buuu?” sambut Vira dengan ramah, ni anak emang ramah banget, alussss kalo ngomong. “ibu, ibu, ibuuuuuuu” teriak Exa dan Endia berbarengan, berasa anak 5 tahun yang seharian ditinggal ibunya, hebring ketika melihat ibunya pulang. Yah, Zahwa mungkin memang paling dewasa diantara mereka berlima sehingga mendapat pamggilan ibu. “haey anak-anak, kalian baik-baik kan? Ini ibu dapet molen kesukaan kalian” kata Zahwa sambil mengeluarkan isi tasnya. Sungguh keluarga yang bahagia.


 BERSAMBUNG............