snow

Kamis, 12 Juni 2014

Hilang, Mati (part 2)

Part 2


Beberapa bulan berlalu, Zahwa pun semakin merasa ada hal lain dengan Bara, ia merasa Bara selalu membuatnya bahagia, hari-harinya menjadi lebih berwarna semenjak ia mengenal Bara. Tak ada waktu yg terlewat tanpa kontek dengan Bara, setiap hari Bara memberi kabar pada Zahwa. Sungguh indah dunia kala itu, membuat Zahwa semangat mengerjakan segala sesuatu. Di situlah muncul sedikit masalah, sebenarnya simpel tapi bagi orang yg lg PeDeKaTe jadi ribet.
Kala itu Zahwa memang sering curhat2an sama temen eSDe-nya sebut saja inisialnya Niko, ya Niko emang baik bgt sama Zahwa, sampe-sampe kalo Zahwa gak bales smsnya malah ditransferin pulsa dikira Zahwa miskin kali yaaa?? OoEmJi Helloooo.... Zahwa beruntung banget ya punya sahabat kaya gitu. Oke intinya yg jadi masalah adalah status hubungan Zahwa dan Niko di Fesbuk, di sana tertera Niko Rionaldo menikah dengan Zahwa Prawira. Sungguh hal yang sangat mengganggu bagi Bara, di sisi lain ia tak bisa menuntut apapun ke Zahwa karena memang belum ada komitmen di antara ia dan Zahwa. Mungkin bagi Zahwa tak ada masalah dengan status hubungannya di fb, apalah arti status hubungan jika di hatinya tertulis nama Bara Wardhana.
Hingga suatu hari Bara “Neng, kok status hubungannya di fb menikah?” katanya, Zahwa “Emang kenapa mas? Itu kan Cuma status, kasian si Niko baru diputusin pacarnya, biarin ajalah biar dia seneng” jawabnya tanpa rasa salah.
Bara ngedumel “iyasi dia seneng tapi kan gw engap ngeliatnya” katanya lirih, Zahwa dengar samar “bilang apa barusan? Bisa diulang?” kata Zahwa.
“Hah? Enggak, gak bilang apa-apaan kok, gapapa, hheeee....” Bara ngelak.
“Beneran nih gapapa?” Zahwa mencoba mengejar. Namun Bara tak mau mengakui kalo dia tak suka dengan hal itu. Hingga akhirnya Zahwa dengar dari Rezky kalo Bara selalu marah-marah dengan adanya status hubungan Zahwa dengan Niko. Itupun setelah status hubungannya di fb dipajang sebulan. Zahwa masih mikir bakal digimanain tu status hubungan di fb. Dipikir-pikir semakin kesini Niko pun memperlakukan Zahwa seperti benar-benar ia kekasihnya, panggilannya menjadi syg atau yank, setiap kali ia pergi pamitan ke Zahwa persis seperti orang pacaran. Zahwa semakin dilema dengan keadaan itu, rasa tak enaknya masih bersarang dibenaknya, scara Niko tak kurang-kurang pada Zahwa. Namun disisi lain Zahwa memiliki rasa sayang yg lebih pada Bara dari rasanya terhadap Niko. Hingga Zahwa ambil sikap untuk menyudahi semua kebohongan publik itu dan tanpa penolakan Niko mengiyakan. Selesailah masalah Bara yang cemburu buta terhadap Niko, namun tak selesai sampai di situ.
Suatu ketika pulanglah Niko dari rantau, ia ingin menemui Zahwa. Tak ada salahnya seorang sahabat menemui sahabat karibnya yang lama tak jumpa. Sore itu Niko menjemput Zahwa ke asrama dan mengajaknya ke kedai kopi dan suasananya memang romantis, terlihat dari luar banyak pasangan kekasih nongkrong di tempat itu. Masih diparkiran Zahwa heboh “Niko, liat liat....Liat noh itu motor gw kenal bgt, motornya mas Beni deh itu” sambil menunjuk ke motor di sebelah kirinya. Niko santai “jangan sok tau deh, motor kaya gitu kan banyak yang punya Za” sambil melepas helm di kepalanya dan heran sama sikap Zahwa yang heboh sendiri bak PKL ngeliat satpol PP.
“Ya ampunnn Nikoooo, gw paham sepaham-pahamnya itu motor punya mas Beni, liat deh ada tulisan BEN’Z di plat nomornya, trus banyak stiker bugs bunny di mana-mana, itu asli mas Beni bgt. Pasti dia di dalem deh” perjelas Zahwa yang mulai cemas takut ketauan kalo dia jalan sama Niko. Rasanya dia pengen cepet pergi dari tempat itu dan nyari tempat lain yang lebih nyaman. Namun karena Niko kekeh maunya di situ maka apa daya Zahwa ngikut. Niko bener-bener cari perkara, dia ngajak duduk di tengah, padahal di tengah kosong, gak ada orang dan pasti sangat terlihat dari gazebo-gazebo yang mengelilinginya. Mampus!!!! Kalo mas Beni liat pasti bakal heboh, secara mas Beni hobi siaran dimana-mana, udah gitu lebih bahaya kalo mas Beni lapor sama Bara, dia sering sama Bara lagi. Zahwa makan sambil pecicilan liat ke gazebo sekitarnya kalo-kalo mas Beni terlihat, tapi sama sekali Zahwa gak bisa ngeliat sosok mas-mas item dan gendut itu. Hingga selesai makan dan tiba di parkiran ia tak menemukan sosok itu. Namun di sana tak ada lagi motor dengan plat BEN’Z, Zahwa masih mikir kemana-mana. Niko mencoba membuat Zahwa santai dan tak perlu memikirkan hal-hal yg membuatnya gila. Niko mengantar Zahwa kembali ke peradaban, terbayar sudah rasa rindu Niko pada sahabatnya.
Dua hari kemudian terdengar kabar Zahwa dan Niko, tak butuh waktu lama gosip dengan cepat beredar. Dan dahsyatnya Bara kali ini protes-protes ke Zahwa soal Niko. Henfon Zahwa berdering “Assalamu’alaikum” sapanya sok manis pada Bara yg diseberang sana. “Wa’alaikumsalam” sahut Bara tak semangat.
“kenapa? Lemes bgt si” Zahwa bingung,
“kamu abis jalan sama Niko kan?” Bara tanpa basa-basi, kebiasaan.
Zahwa hening sejenak mengumpulkan daya untuk berkata-kata “iii....yaaa...iya kok tau? Heee” rada gagap.
“Gw kan punya indera ke tujuh, apasi yg gw ga tau. Ngapain aja?” lanjut Bara.
Zahwa semakin tak menyangka “Cuma makan doang sama ngeskrim kok trus balik, udah”.
“kok gak ngajakin gw?” timpal Bara
“hah? Km kan gak suka eskrim, ntar sakit gigi gw yang salah” Zahwa membela diri.
“siapa bilang? Gw mulai suka kok sama eskrim” Bara cari pembenaran atas statementnya.
“okeh, besok-besok yaaa” Zahwa masih tanda tanya, Bara emang aneh tapi sejak kapan dia suka sama eskrim? Bukannya dia suka sama bakso yaa??? Lagi-lagi nggak nyampe ke logika Zahwa akan apa yang dikatakan Bara. Cuma segitu obrolan yang lama-lama semakin melenceng jauh dari topik utama. Zahwa tak kurang akal untuk cari tau, ia menguak informasi dari Rezky dan benar si Bara memang uring-uringan ketika mendengar soal Niko. Dua kali sudah Niko jadi orang yang sangat membuatnya cenat-cenut, mungkin sampai kapanpun Niko akan jadi orang yang paling dicemburui oleh Bara.
Kembali ke Zahwa, kali ini dia pindah ke kost, ya masa berlaku asrama sudah habis. Zahwa pindah ke kost mba Acik di deket kampus, orang bilang si biasanya di bawah kampus soalnya dari kampus turun jalannya ke kost. Bukan di bawah kampus ada kost2an yaa. Di sini ia masih belum hilang kontek sama Bara, walau Bara sempat ilang-ilangan dan tiba2 datang lagi, Zahwa masih saja menerima Bara dengan segala kekurangannya. Hingga suatu malam yang indah, banyak bintang di langit dan suasana malam pun dingin, Zahwa tengah berbaring sambil berZUMAria di kasurnya. Henfon berdering “Hallooo” sahut Zahwa sejadinya. “kamu dimana?” Bara nanya, “dihatimuuu” Zahwa gombal, “masa si? Disini dong?.....seriuss dimana?” Bara srius nanya. “kenapa si? Ya di kost lah” Zahwa rada bete. “aku mau kesitu, udah deket nih, 10 menit lg nyampe” Bara semakin serius dan berusaha meyakinkan Zahwa. “HAH???? Ngapain? Jam berapa ini? Besok aja gimana?” Zahwa kaget, “sekarang, sekarang nih otw, keluar yaa” Bara memperjelas. “a...e...okeh deh okeh” Zahwa mengiyakan saja. Ia bangkit dari tempat tidur dan melirik jam dinding, 09.10 pm dan kebayang 10 menit lagi adalah 09.20 pm. “gilaaakkk,, gilaaakkk tu orang, mau ngapain coba malem-malem gini ke sini?” teriak Zahwa sambil meraih jemper sedapatnya. Tepat 10 menit HP berdering lagi, langsung ia raih dan terdengar suara Bara “aku di depan gerbang kost mu, udah dikunci yaa?”, “iyaa lah gila, jam segini bertamu, gak tau diri bgt si kamu” Zahwa jutek. “gapapa lah cepetan keluar, dingin bgt nih” Bara ngoceh. “iyaa iyaa nih lg jalan” sahut Zahwa. Dan tiba di depan gerbang Bara tampak melambai-lambaikan tangan layaknya di stasiun ketemu sama orang yang lama ditunggu baru turun dari kereta. Dan “ngapain si kesini malem-malem? Gak enak sama ibu kost lah yaa” kata Zahwa.
“Gapapa pengen liat kamu aja kok, heheeee” jelas Bara.
“hah? Gitu yaa?” Zahwa heran. “Iyaa, hehehee... btw kok aku kaya lagi jengukin Napi di dalem sel yaa?” Bara becanda. Tapi beneran, Zahwa di dalem gerbang, Bara diluar gerbang, persis kaya Napi lagi dijenguk. Cuma pertemuan sederhana seperti itu saja Bara ngerasa tenang, tak perlu jalan kemana dan ngapain harus atur waktu buat jalan yang belum tentu Bara bisa timingnya. Tepat pukul 22.00 Bara pamit, mereka ngobrol kurang lebih 40 menit, cukuplah buat bekal beberapa hari ke depan.


BERSAMBUNG....................